Rasulullah Nuh a.s. selalu semangat menawarkan nilai-nilai kebenaran risalah vang dibawanya kepada setiap manusia yang dijumpainya. Beliau tidak kenal waktu istirahat dalam menebarkan kebenaran yang dibawanya. Malam dan siang beliau senantiasa mendakwahkannya.
Nuh as berkata, “Ya Rabbku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang.” (QS. 71: 5)
Begitu pun yang dilakukan Rasulullah saw di saat ayat-ayat Quraniyah diturunkan untuk terang-terangan mengumandangkan dakwah, meskipun resikonya sangat tinggi dalam jalan ini. Setelah turun surat Al Mudatstsir dan ayat “Fashda’ bimaa tu mar wa a’ridl ’anil musyrikin” (Q.S. 15: 94), beliau tidak pernah berhenti mendakwahkan Islam kepada masyarakatnya.
Beliau yang mengatakan, “Waktu tidur sudah lewat, wahai Khadijah!”
Rasulullah pun berkata kepada pamannya di saat mengkhawatirkan kondisi dirinya, “Demi Allah SWT. Sekiranya matahari diletakkan di atas pundakku agar berhenti berdakwah, tidak akan aku tinggalkan sampai Allah SWT memutuskan perkaranya; mati dalam dakwah atau kemenangan dakwah.”
Maka, selama 23 tahun, Rasulullah tidak pernah mengalami rasa lelah, lesu dan loyo dalam medan dakwah.
Begitu pun yang dilakukan para sahabat dalam memengaruhi masyarakat jahiliyah pada masa itu. Mereka menyebar mencari obyek dakwah yang bisa dipengaruhi dengan risalah Islam. Meskipun resikonya menghadapi penghinaan, pelecehan dan penyiksaan di jalan ini.
Abu Bakar dengan potensi yang dimiliki melakukan dakwah fardiyah kepada beberapa tokoh-tokoh muda yang memiliki kedudukan di masyarakatnya. Maka, masuklah seperti Utsman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Tholhah bin Ubaidillah dalam barisan Islam. Demikianlah kerja-kerja dakwah yang dilakukan para sahabat. Tidak hanya berhenti di sini saja, setelah wafat Rasulullah saw mereka pun terus membawa obor estafet dakwah.
0 komentar:
Posting Komentar